My Blue

Hai readers, hari ini mood gue lagi bagus buat bikin cerpen. Terinspirasi dari soal UN Bahasa Indonesia yang gue kerjain tadi sih, dan istirahat sejenak dengerin lagu Bigbang - Blue dan terciptalah ini *jengjeng*. Yup judulnya My Blue karena sebentar lagi gue juga bakal berpisah dengan temen2 gue, tapi cerita ini hanya fiktif belaka, let's check it out!

"Aku terlahir dan bertemu denganmu
Dan aku mencintaimu hingga mati
Hatiku yang dingin tercelup kesedihan
Pun dengan mataku yang tertutup, aku tak bisa merasakan dirimu"
(Big Bang - Blue Indonesia Translation)

Rara sedang duduk sendiri di sofa pojok cafe ditemani dengan segelas coffe hangat dan Oreo Cheese cake. Langit mendung saat itu, ia memutuskan untuk berteduh di caffe terdekat sekaligus untuk mendapatkan wi-fi gratis. Hari ini sungguh melelahkan, ia baru saja balik dari Milan ke Indonesia, dan belum sampai ia kerumah hujan segera mengguyur Jakarta ditambah lagi macetnya kota Jakarta yang sudah tidak tertolong. Berbeda sekali denga suasana di Milan.
Tak lama datang seorang pasangan remaja yang masih menggunakan seragam sekolah duduk diseberang meja ia berada. Rara menengok ke kursi sebelah kiri yang telah diduduki oleh pasangan muda yang sedang berfoto bersama. Rara menarik nafas panjang. "Mereka dengan pasangan, aku bisa melakukannya sendiri." Rara mengambil handphonenya dan mulai berfoto. Ia meng-upload fotonya ke Instagram dan memberikan deskripsi pada fotonya, sekaligus memberitahu kepada teman-temannya yang mungkin saja membuka instagram dan melihat bahwa ia telah kembali ke Indonesia.
Tak lama setelah ia meng-upload fotonya. Adina sahabatnya sejak kecil menelponnya dengan histeris.
"RARAAAA....kok ngga bilang kalo balik ke Jakarta." Ucap Adina disebrang sana dari telepon.
Rara tersenyum. "Sengaja biar kejutan."
"Ah, lo mah gitu ya, kalo gue tau lo bakal balik hari ini gue bakal ngebatalin acara gue sekarang biar bisa nemuin lo."
"Yaampun, Dina lo ga perlu kayak gitu kok, kan lo bisa kapan aja nemuin gue."
"Iyasih Ra, tapi kan kangen udah satu tahun ngga ketemu, lagian lo liburan di Jakarta juga bakal akan lama."
"Iya juga sih, din."
"Pokoknya fix besok gue mau nemuin lo, Oke? Sekarang gue mau nerusin kerjaan gue dulu." Dina lalu menutup telponnya.
Rara melihat ke layar handphonenya. Ia menunggu satu nama yang akan muncul di layar hanphonenya. Berharap orang tersebut masih mengingatnya, dan memaafkan dirinya. Rara menarik napas panjang. "Hmm...maybe I miss you." Rara tertunduk, matanya tertutup oleh poninya. Dan hujan yang semakin deras ini mengingatkannya akan sesuatu.
***
2 years ago....
Rara memberanikan diri menghampiri Dylan yang sedang berdiri di balkon depan kelas mereka memandangi hujan. Rara berdiri disampingnya tanpa memulai pembicaraan. Ia bisa merasakan kesedihan yang Dylan rasakan sekarang. Rara memandangi wajah Dylan. "Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan sekarang." Ucap Rara memecahkan keheningan.
"yang ingin aku dengar darimu sekarang adalah kamu mengurungkan niatmu untuk pergi ke Milan." Suara bicara Dylan sangat dalam, membuat Rara ingin terjatuh saat itu juga
"aku kan pernah bilang, tidak selamanya cinta dan mimpi bisa berjalan beriringan, terkadang mimpi seseorang hanyut entah kemana hanya karena cinta."
Dylan hanya membeku tanpa berkata apa-apa dan terus menatap kedepan.
"lagipula, kamu juga tau, ini yang telah aku kejar selama 3 tahun dari hasil usahaku, aku menghabiskan waktuku untukmu dan mimpi yang sekarang ini telah ada dihapanku, tapi untuk saat ini keduanya tidak bisa berjalan beriringan lagi, aku harus pergi."
Dylan menatap kearah Rara dingin. Pandangannya lebih dingin dibandingkan es yang ada di kutub Utara, Rara diam dan membeku saat itu juga, langit semakin gelap, hujan terus turun, awan hitam menutup indahnya langit biru yang cerah, dan itulah saat terakhir Rara bersama Dylan, setelah pandangannya yang amat dingin tersebut membuatnya membeku, Dylan pergi meninggalkan Rara yang tidak dapat menggerakan tubuhnya sedikitpun. Dylan cinta pertamanya, itulah yang ia ketahui dan entahlah kapan ia bisa menghilangkan rasa ini.
Rara meneteskan air matanya. "Tidakkah dia tahu, langit biruku seakan telah hilang bila dia pergi, hanya dia orang yang telah mecerahkanku dan menyadarkanku akan mimpi ini. Namun, sekarang dia malah pergi tanpa kata selamat tinggal keluar dari mulutnya." Gerutu Rara, kata-kata yang ingin ia ucapkan namun tidak tersampai kepada Dylan.
***
Now...
Rara tersadar dari lamunannya, hujan sudah mulai reda. Langit pun sudah kembali menjadi biru. Lamunannya akan Dylan telah berhasil menumpahkan hujan dari matanya. Rara segera bergegas dari kursi yang ia duduki tadi dan mencoba kembali pulang kerumahnya. Papa pasti sudah menunggunya. Ia sangat telat sampai kerumah padahal ia berjanji akan kembali kerumah pukul dua namun sekarng waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.
Rara menarik napas panjang, dan menguatkan hatinya sekali lagi. "Mungkin tidak sekarang, mungkin juga bukan besok, tapi aku yakin nanti Tuhan akan mempertemukan kita kembali dan menyampaikan kata-kata yang belum terucap dimulutku."
"Aku menyayangimu dan kamulah langit biruku." 
Yap, segini aja cerpen untuk hari ini, maklum masih amateur but this is original from my mind. Thanks for reading *bow*

Comments

Popular Posts